Home » » KONDISI KEHIDUPAN TAREKAT PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA INDONESIA

KONDISI KEHIDUPAN TAREKAT PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA INDONESIA

Written By Suryalaya37 on Jumat, 06 Desember 2013 | 04.01

Sejak runtuhnya kesultanan-kesultanan dan ditumpasnya perlawanan bangsa indonesia melawan penjajah belanda pada akhir abad ke 19 dan awal abad awal ke 20 maka sebagai akibatnya tampak sekali berbagai kemunduran dalam bidang kehidupan bangsa indonesia, terutama dlm bidang keagamaan.Kelancaran syiar islam terhambat karena sultan-sultan sebagai pelindung telah kehilangan kekuatan dan kemampuannya dan karena kumpeni belanda melakukan pengawasan yang ketat terhadap semua perilaku para ulama, terutama sekali ulama-ulama yang mengajarkan dan mengamalkan Tarekat.

Strategi pemerintah penjajah Belanda untuk mengikis habis para ulama Tarekat berhasil dilaksanakan dengan cukup baik, selama hampir dua ratus lima puluh tahun.Pada saat itu terutama pada pertengahan abad ke 19 hingga awal abad ke 20 ulama-ulama Tarekat dinyatakan sebagai musuh nomor satu,karena kekuatan yg dimiliki para ulama Tarekat itu dinilai sangat besar dan berbahaya bagi keamanan jalannya pemerintahan dan perekonomian kolonial Belanda di Indonesia, karena mampu mengobarkan pemberontakan dan perlawanan dalam waktu yang panjang.
Pengalaman pahit yang dialami oleh kumpeni Belanda dalam perang dengan bangsa Indonesia, baik pada perang Aceh, perang Padri di Sumatera Barat, Perang Banten, Perang di Sulawesi Selatan, perang diPonegoro, Perang di Lombok dan perang di daerah-daerah lainnya di indonesia, kumpeni Belanda menderita kerugian yang amat besar baik jumlah tentaranya yang mati, bangunan dan peralatan yang rusak dan hilang dan biaya perang yang amat besar harus dikeluarkan karena waktu peperangan yang cukup lama dan sangat melelahkan serta merusak moral militer Belanda.
Dari catatan para perwira militer Belanda dapat diketahui bahwa para ulama yang mengamalkan Tarekat-tarekat memiliki peranan yang amat besar dan menentukan dalam setiap perang yang dilakukan oleh sultan-sultan terhadap belanda demikian juga dalam perlawan rakyat yang terjadi secara sporadis di berbagai daerah di Indonesia.Bukti tentang keterlibatan berikut peranan para ulama Tarekat dalam perang melawan Belanda oleh pemerintah Belanda ditunjukan dalam dokumen laporan panglima Tentara Belanda kepada Raja atau Ratu dan Menteri Daerah jajahan di Negeri Belanda dijelaskan sebagaimana terurai di bawah :
1. Dalam perang Banten melawan kumpeni Belanda selama 24 tahun (1658 - 1682) di bawah sultan Ageng Tirtayasa yang menjadi penasehat perangnya adalah Syekh Yusuf seorang guru Tarekat dari Goa sulawesi Selatan. Syekh Yusuf tertangkap dan dibuang ke Afrika Selatan. kemudian wafat disana dengan para pengikutnya tahun 1695.setelah Syekh Yusuf tertawan perang Banten berakhir.
2. Pada perang padri disumatera barat selama 17 tahun (1821 - 1838) pimpinan yang terkenal adalah Tuanku Iman bonjol (muhamad syahab). Imam bonjol ini adalah seorang ulama Tarekat selalu didampingi para penasehat dan dibantu oleh panglima-panglima pasukan yang kebanyakan ulama yang mengamalkan Tarekat diantaranya Tarekat Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah dan Samaniyah , sebagian dari mereka tertawan Belanda dan sebagian gugur.
3. Pada perang Aceh tahun 1873 -1903 selama 30 tahun Tengku umar, panglima polim, tengku Cik di Tiro dan Cut nyiak Dhin selalu didampingi oleh para ulama penasehatnya yang mengamalkan Tarekat Naqsyabandiyyah, Samaniyya dan Qodiriyyah sebagian dari mereka tertawan Belanda dan sebagian gugur dalam berbagai pertempuran.
4. Perang di ponegoro tahun 1825 - 1830 penasehat utama pangeran diponegoro adalah kiyai Mojo dan Sentot Alibasyah. Kiyai Mojo ini pengamal suatu Tarekat wafat di Manado, keturunan pengikutnya masih banyak. Dalam perang Diponegoro ini belanda menderita kerugian yang amat besar.
5. Dalam pemberontakan Cilegon - BaNTEN 1888 Selama satu tahun yang menjadi pimpinan pemberontakan adalah kiyai Haji Marzuqi putera menantu Kiyai Haji Asnawi kholifah Tarekat Qodiriyyah WaNaqsyabandiyyah, pengganti syekh abul Karim kholifah TQN pertama di Banten. Kerugian Belanda amat besar. KH.Asnawi di tangkap Belanda. Atas bukti-bukti tersebut diatas, maka pemerintah penjajah Belanda memandang Tarekat sebagai musuh besar yang sangat ditakuti dan harus dikikis habis. 

( Sumber: Buku “MENELUSURI PERJALANAN SEJARAH PONDOK PESANTREN SURYALAYA” , penyusun : R.H. UNANG SUNARDJO. SH )
(Dari Status Ustadz Deden Ym di Facebook Pemuda TQN Suryalaya) 

0 komentar :

Posting Komentar